Pertanyaan umum yang paling sering saya dengar dari orang yang pertama kali bahkan belum pernah mengunjungi Baduy adalah, "Orang Baduy agamanya Apa?"
Jawabannya sangat mudah, saya langsung jawab, "Slam Sunda Wiwitan"
"Lho, Kok ada Slam-nya? Islam maksudnya? Bukannya Sunda Wiwitan aja?"
Mari kita bedah....
Agama Suku Baduy
Suku Baduy menganut agama - atau lebih tepatnya kepercayaan - yang diakui pemerintah bernama Slam Sunda Wiwitan. Mirip dengan Sunda Wiwitan karena dasar ajaran berasal dari sumber yang sama. Sunda Wiwitan adalah kepercayaan pemujaan terhadap kekuatan alam dan arwah leluhur (animisme dan dinamisme) yang dianut oleh masyarakat tradisional Sunda.
Sunda Wiwitan konon sudah ada ajarannya sebelum Hindu dan Islam masuk ke Nusantara. Baduy yang menganut agama ini lambat laun dipengaruhi oleh unsur ajaran Hindu dan konon kata "Slam" adalah "Islam" yang memberikan pengaruh besar terhadap kepercayaan mereka.
Sunda Wiwitan di Baduy atau "Slam Sunda Wiwitan" memiliki unsur monoteisme (Satu Tuhan). Monoteisme yang dianut masih monoteisme purba dimana Tuhan disebut dengan Sang Hyang Kersa, dll. Tiga alam kehidupan yang dipercayai oleh orang Baduy yaitu Buana Nyungcung (tempat tertinggi, tempat bersemayam Sang Hyang Kersa), Buana Panca Tengah (tempat tinggal manusia dan makhluk lainnya), dan Buana Larang (atau neraka yang letaknya paling bawah).
Mengapa ada kata "Slam"?
Dugaan saya (hanya dugaan, bukan analisa ilmiah), warga suku Baduy yang merupakan keluarga/'keturunan' Kerajaan Sunda Pakuan pernah mengalami proses Islamisasi oleh Kesultanan Banten saat itu. Proses Islamisasinya pun seperti 'terpaksa' karena saat itu Kerjaan Sunda Pakuan dengan terjepit disebabkan 'penyerbuan' Kesultanan Banten dan adanya pengkhianatan orang dalam.
Jika diruntut ke leluhurnya, Kerajaan Sunda Pakuan dan Kesultanan Banten memiliki trah yang sama yaitu trah Silihwangi (red: Siliwangi). Demi menghargai 'saudara'nya, keluarga Kerajaan Pakuan 'terpaksa' menerima sebagian kecil ajaran Islam. Hingga akhirnya untuk menghindari konflik perang saudara, mereka 'lari' menuju wilayah Banten Selatan di Pegunungan Kendeng yang sekarang jadi tempat mereka tinggal.
Literasi ini pernah saya baca di library milik pemerintah (sekretariat.go.id) dimana berdasarkan catatan sejarah sangat logis jika dulu orang Baduy pernah menerima ajaran Islam. Buktinya saat ini mereka mengakui memiliki syahadat yang notabene 95% identik dengan syahadatnya seorang muslim.
Identik kan?
Syahadat ini pernah saya dengar saat berbincang dengan warga Baduy langsung. Dia mengucapkannya perlahan sambil tengok kanan kiri, karena konon katanya syahadat ini sifatnya rahasia. Sayang saya tidak sempat mengabadikan berupa audio maupun video.
Mereka juga selalu berkelit saat saya berguyon mengajak Shalat lalu menjawab, "Kami mah kabagean sahadatna doang, heunteu salat jeung nu lainna mah jojong bae! (Kami kebagian syahadat saja, tidak sampai shalat dan yang lainnya. Silakan kalau mau shalat mah!)."
Lho kok judulnya 'Baduy Sebetulnya Islam'?
Jika lah rukun Islam yang umat Islam yakini itu tidak kumulatif, artinya bisa dilakukan parsial maka dengan penjelasan di atas orang Baduy sudah menjadi Islam sebesar 20%. Ini bukan karena ada kata "Slam", melainkan adanya keyakinan ikrar dalam sahadat yang mereka yakini.
Sayangnya, rukun Islam itu kumulatif. Harus diyakini keseluruhan, menjalani semuanya sehingga orang Baduy itu tidak termasuk "Islam". Tapi jangan salah, adabnya kebanyakan lebih bagus daripada sebagian orang yang KTPnya beragama Islam...hehe
0 Comments