Selain karena gaya hidup yang sederhana, tertutup, dan menutup diri dari kehidupan modern, Suku Baduy adalah sub Suku Sunda yang terkenal sebagai komunitas warga yang memiliki sistem ketahanan pangan yang sangat baik. Sistem ketahanan pangan ini merupakan adat yang turun temurun dipertahankan dari generasi ke generasi dari leluhur mereka.
Hal unik yang bisa dikatakan merupakan tonggak bertahannya sistem ketahanan pangan warga Baduy adalah kebiasaan warganya sendiri, yaitu jika punya uang maka kebutuhan pangan harus beli jika tidak punya uang maka cadangan makanan yang disimpan di leuit bisa diambil dan diolah untuk kebutuhan konsumsi sehari-hari.
Berbeda dengan gaya hidup kita sebagai orang modern yang cenderung selalu membeli kebutuhan pangan tanpa memiliki cadangan yang disimpan. Mengapa mereka tidak mengonsumsi saja simpanan pangan tanpa harus membeli? Jawabannya karena pemikiran mereka lebih 'visioner' yaitu jika nanti kondisi susah ekonomi dan tidak punya uang, maka ada cadangan yang bisa dimakan sambil berusaha kembali ke kondisi normal semula.
Baca: Madu Palsu dan Baduy
Leuit, Simbol Ketahanan Pangan Baduy
Cadangan bahan makanan yang kebanyakan berupa padi disimpan di Leuit (lumbung padi), tempat penyimpanan yang bentuknya seperti rumah panggung tanpa teras dan meiliki tiang yang menopang rata-rata 1-1.5 meter dari tanah guna menjaga leuit agar tidak dimakan rayap dan hewan pengerat dari tanah.
Pintu leuit terletak di sisi atas dimana saat akan menyimpan/mengambil padi, mereka menggunakan tangga untuk bisa masuk ke dalam pintu leuit. Leuit biasanya terletak di bagian belakang kampung tidak di belakang rumah masing-masing warga, sebagai pembatas rumah warga dengan kebun/ladang atau hutan produktif yang dikelola warga.
Setiap keluarga pasti memiliki Leuit masing-masing untuk menyimpan hasil panen mereka. Leuit akan di wariskan kepada keturunannya jika pemilik meninggal dunia atau keluar dari Baduy.
Baca: Kesalahan yang Menyebabkan Terusirnya Warga Baduy
Dua tahun lalu pernah terjadi musibah terbakarnya puluhan rumah warga di kawasan Baduy dan musibah ini juga menghanguskan puluhan leuit milik warga sehingga cadangan pangan mereka ikut musnah.
Ukuran Leuit biasanya sama untuk setiap warga, tidak ada pembeda antara yang 'miskin' dan yang 'kaya' semuanya seragam. Setiap tiga tahun sekali leuit akan 'direnovasi' atau diganti secara penuh jika kerusakan akan menyebabkan cadangan makanan di dalamnya ikut rusak.
Berikut foto-foto leuit Baduy:
Foto-foto lain tentang Baduy dapat diikuti di akun Instagram @fotobaduy
Padi Usia Ratusan Tahun
Karena adat atau kebiasaan hidup yang 'jika punya uang beli, jika susah ambil di Leuit' maka cadangan makanan di Leuit dari tahun ke tahun milik warga menumpuk. Inilah yang menyebabkan adanya usia padi ratusan tahun dan jika dihitung dari cadangan makanan yang masih ada dari kakek buyut mereka tak ayal ada padi yang usianya 200 tahun.
Kenapa cadangan makanan mereka tidak habis padahal panen dilakukan setahun sekali? Pertama karena pekerjaan warga Suku Baduy selain berladang juga banyak dari mereka yang berdagang untuk turis yang berkungjung, menjadi guide/porter turis, bahkan ada yang bekerja sebagai karyawan di perkotaan.
Baca: Baduy Sebetulnya Sudah Islam....
Selain itu, hasil berladang tidak semuanya dikonsumsi sendiri, seperti durian, petai, jahe, kencur dan lain-lain yang merupakan komoditas utama Baduy dijual kepada pengepul untuk dibawa sebagai bahan industri makanan dan diolah secara modern. Musim buah biasanya ramai turis dan peminat buah-buahan datang ke Baduy untuk mendapatkan buah organik yang tumbuh tanpa pupuk.
Hal lain yang menyebabkan padi awet adalah cara menanam yang organik, tanpa pupuk bahkan pupuk kandang/kompos. Alam dirawat dengan apa adanya tanpa ada yang dikurangi dan ditambah. Jika ladang padi miring maka tak boleh membuatnya menjadi landai. Penanaman tanpa bahan kimia ini mengakibatkan unsur hara dalam tanah di Ulayat Baduy terus terjada dari tahun ke tahun.
Salah satu warga Baduy yang 'iseng' kami wawancarai sambil menikmati buah durian di pagi hari mengatakan bahwa jika padi menggunakan pupuk (non organik) maka padi tidak akan bisa dikonsumsi lewat dari 3 tahun.
Rasa padi yang sudah disimpan lama di Leuit memang agak pera (keras dan kasar). Tidak pulen sebagaimana beras yang kita konsumsi, namun mereka mengakui beras yang disimpan lama justru lebih segar terasa di badan. Informasi ini kami dapatkan dari wawancara kami yang bisa disaksikan di Youtube saya di bawah ini:
0 Comments