Tulisan ini adalah opini sekaligus permintaan maaf saya secara terbuka kepada warga Suku Baduy serta orang yang merasa 'tersakiti' akibat terungkapnya Madu Palsu.
Meskipun bukan saya yang membongkar hal ini, diakui saya cukup vokal menyuarakan jauh-jauh hari terkait madu dari Baduy berdasarkan akal sehat saya sendiri.
Tidak ada tendensi menjatuhkan karena iri, kalah pamor dan lain sebagainya. Jujur saya tidak memerlukan itu semua. Saat ini saya ingin mengutarakan kebaikan sebagaimana saya suarakan sebelum-sebelumnya.
Madu Palsu Asal Lebak Terbongkar
Media/polisi sebetulnya masih menjaga nama baik Baduy karena di TV tidak disebutkan langsung madu Baduy, melainkan madu asal Kab. Lebak.
Madu palsu yang berasal dari cairan gula dan zat kimia berbahaya ini diproduksi hampir menyamai madu asli. Pada dasarnya tidak hanya Baduy yang tercoreng, tapi juga daerah lain yang khas penghasil madu seperti Sumbawa.
Terbongkar kurang lebih 3 bulan yang lalu hingga video penguntitannya tersebar di Youtube sampai akhirnya masuk berita di TV selama beberapa hari.
Saya tidak terlibat dalam penguntitan produsen madu palsu mendistribusikan madu ke wilayah Baduy. Saya BUKAN yang melaporkan hal ini ke pihak yang berwajib, karena 2 alasan.
Pertama, saya membantu perekonomian beberapa warga Baduy dengan menjual sebagian produk khas mereka. Jika saya melaporkan ke polisi, rasanya nurani hilang dan saya seperti tak tahu terima kasih.
Kedua, saya orang biasa tak memiliki suara dan kuasa. Meski secara logika tak masuk akal di Baduy selalu ada stok hingga berton-ton madu di tapi tak ada satu pun peternakan lebah yang menghasilkan madu dalam jumlah besar, saya memilih diam dan dibisikin beberapa orang yang sama-sama sadar.
Kenapa Saya Rajin Bersuara dari Beberapa Tahun Lalu?
Jika saya punya dua alasan tidak terlibat dalam pengungkapan dan pelaporan, kenapa saya rajin bersuara khususnya di Facebook?
Pertama, saya ingin mengajak konsumen/peminat jual ulang madu untuk berpikir secara sehat. Menggunakan logika sederhana seperti yang saya jelaskan di atas. Bagaimana mungkin selalu ada stok jumlah banyak sedangkan produksi madu secara alami itu sangat terbatas?
Jika konsumen, Anda akan berpikir ulang dan bertanya pada ahlinya. Minimal peternak madu, bukan penjual. Karena peternak madu lebah tahu jelas bagaimana proses lebah menghasilkan madu.
Jika Anda reseller, saya mengajak Anda diposisi konsumen dan harus tumbuh banyak pertanyaan kritis yang menunjukkan kebenaran. Jangan sampai cuan menutup telinga dan mata hati sehingga kesalahan terus berjalan.
Kedua, saya ingin orang Baduy TIDAK DIPERALAT orang yang hanya mencari untung. Hingga mereka berubah perlahan karena kebutuhan sangat besar terhadap uang.
Beberapa orang Baduy yang menjual madu mungkin benar-benar tidak tahu bahwa madu itu palsu. Sebagian lain mungkin sudah tahu tapi terus melaju.
Jika Anda orang Baduy yang tidak tahu, mari kita sama-sam berdiskusi memikirkan darimana sekian banyak persediaan madu itu? Terbukalah hati, dan kembali ke pikukuh. Nu enya kudu dienyakeun, nu henteu kudu dihenteukeun.
Jika Anda orang Baduy yang sudah tahu tapi tetap menjual madu palsu. Ketahuilah Anda sudah melenceng dari pikukuh karuhun. Tidak hanya gaya hidup yang terkontaminasi teknologi modern tapi pikiran terhempas kebutuhan keuntungan.
Ketiga, saya ingin Baduy tetap dengan identitas Baduy. Apa adanya, tidak ditambah juga tidak dikurang. Meskipun orang Baduy berhak menjadi manusia modern, mereka juga berhak menegakkan aturan hidup dari nenek moyang yang lestari dengan alam.
Bahkan menurut saya teknologi takkan mengubah cara hidup mereka. Yang menjadi tsunami buruk adalah pemikiran yang semakin terbuka terhadap kebutuhan lebih sehingga gaya hidup jadi berbeda, cara hidup pun berubah jua. Asalkan pikukuh itu kuat (dan tertulis) ditegakkan kompak antara tokoh adat dan pejabat pemerintah yang berwenang, semuanya akan baik-baik saja.
Mohon diralat jika kalimat dibawah ini salah. Kalimat ini dari orang Baduy sendiri.
Orang Baduy dari leluhur dahulu 'ditakdirkan' menetap dan menjaga hutan, lingkungan alami untuk menstabilkan alam semesta. Pekerjaanya hanya berladang. Beternak saja tidak, apalagi berdagang keluar dari ulayat Baduy berjalan puluhan kilometer ke perkotaan untuk menjajakkan hasil 'pertanian'.
Satu generasi hilang mungkin sudah terjadi sekarang. Generasi yang akan datang tergantung bagaimana tokoh dan tetua adat serta pemangku pemerintahan mengatur aturan adat dalam kehidupan bermasyarakat di Desa Kanekes secara tepat.
Permohonan Maaf
Saya akui ada rugi yang melanda untuk mereka pengusaha penjual madu semenjak terbongkar hingga saat ini.
Jika Anda orang Baduy yang merugi, yakinlah bahwa semua yang berkaitan dengan Baduy itu bisa 'dijual' asal tulus jujur dan dikemas ala Baduy yang sederhana.
Jika Anda bukan orang Baduy yang merugi, mari mulai dari hal lain yang lebih bermanfaat dan memberikan manfaat untuk urang lain. Karena percuma jadi orang 'pintar' kalo cuma bisa nipu orang 'bodoh'.
Untuk keduanya semoga dibukakan kelapangan hati jika tulisan saya, video saya, pernah menimbulkan kebencian dan rasa tidak suka. Saya hanya terlalu bersemangat memperbesar api yang dinyalakan orang lain dan saya tidak mau ikut terbakar. Karena saya tidak terlibat langsung.
Salam.
0 Comments